RAKYATKU.COM, GOWA - Penampilannya sederhana. Dia hanya memakai sarung dipadu kemeja batik cokelat, ketika penulis menemuinya. Di rumahnya, di Desa Katangka, Kecamatan Bontonompo, Gowa.
Rumahnya tergolong cukup mewah untuk ukuran desa. Atas merupakan rumah panggung, dindingnya dicat putih. Di kolong rumah juga ditembok dan dijadikan ruang tamu dan ruang keluarga. Sebuah mobil Honda HRV putih, tampak parkir di garasi.
Itulah rumah Dg Nai, pengusaha gula merah yang terkenal di Bontonompo. Dia menyambut penulis dengan ramah.
"Maiki ndik. Ammempoki?" Dia menyambut dengan bahasa Makassar, yang menyilakan penulis masuk dan duduk.
Dg Nai saat ini mampu menjual gula merah 2 ton setiap minggu. Keuntungannya setiap minggu, Rp2 juta.
Meski sekarang menikmati hasilnya, Dg Nai bukan tanpa perjuangan dalam merintis usahanya.
Dulu dia berjualan gula merah memakai sepeda singking. "Nabilang orang, pagandeng golla eja," kata Dg Nai sambil tertawa.
Pertama kali dia menjual gula merah dengan menjelajahi seluruh kampung. Mulai dari Malino, Sinjai kota, hingga Manipi.
Umur 12 tahun dia memulai usaha. Perihnya hidup membuat dia harus berhenti bersekolah pada saat kelas 5 SD. Dia mulai berdagang gula merah.
"Dulu rumahku jelek seperti benteng bulo. Nabilang orang balla poddo-poddo. Sekarang alhamdulillah baji tommi tallasakku (bagusmi hidupku) gara-gara gula merah," bebernya.
Dg Nai memiliki 4 orang anak, yang sekarang semua sudah bekerja. Yang pertama bernama Rusli, seorang polisi. Yang kedua bernama Rusla, seorang tentara. Yang ketiga bernama Hj Sugi, seorang penjual emas. Yang bungsu, bernama Sudirman, juga penjual emas.
Kepada anak-anaknya, Dg Nai selalu berpesan, untuk tak pernah curang dalam segala aktivitas, khususnya dalam berdagang.
"Walaupun sedikit keuntungan, asalkan berkah. Itu yang selalu saya pesankan kepada anak-anakku, terapkanlah selalu sikap jujur di manapun kamu berada," pungkasnya.