Jumat, 18 November 2022 23:56

Kementan Pastikan Kondisi Perberasan Indonesia Normal, Pasokan Cukup-Februari Panen Raya

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo atau SYL (ketiga kiri). Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kondisi perberasan Indonesia dalam keadaan normal.
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo atau SYL (ketiga kiri). Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kondisi perberasan Indonesia dalam keadaan normal.

Luas panen padi tahun ini mencapai 10,61 juta hektare dengan produktivitas rata-raya 5,2 ton per hektare. Adapun produksi yang dihasilkan mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 32,07 juta ton beras.

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kondisi perberasan Indonesia dalam keadaan normal. Tidak ada kekurangan apalagi kelangkaan. Adapun kondisi harga yang meningkat seperti pada bulan ini disebabkan faktor tahunan, yang tiap Desember dan Januari selalu mengalami kenaikan.

Namun, kondisi tersebut akan segera berakhir karena pada Februari sampai Maret mendatang harganya kembali normal. Hal ini disebabkan karena petani mulai memasuki panen raya.

Direktur Serelia pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Ismail Wahab, mengatakan prognosa Kerangka Sempel Area (KSA BPS) menyebutkan luas panen padi tahun ini mencapai 10,61 juta hektare dengan produktivitas rata-raya 5,2 ton per hektare. Adapun produksi yang dihasilkan mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 32,07 juta ton beras.

Baca Juga : Kebut Optimalisasi Lahan, Kementan Gelar Tanam Padi Perdana di Kalimantan Tengah

Menurut Ismail, semua data yang dikeluarkan tersebut merupakan hasil survei jajaran Kementan bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Selanjutnya hasil survei dievaluasi para pakar statistik sebelum akhirnya dipublikasikan kepada masyarakat.

"Jadi, di bulan Juni saja cadangan beras nasional mencapai delapan juta yang tersebar di penggilingan dan pedagang. Paling banyak ada di rumah tangga karena pembagian BLT (bantuan langsung tunai) juga langsung ke rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen," kata Ismail, Jumat (18/11/2022).

Adapun mengenai penyebab mengapa Bulog belum melakukan penyerapan, hal itu dikarenakan terdapat perbedaan harga antara penggilingan yang memberikan harga sebesar Rp10.300 dan Bulog yang menerapkan harga Rp9.700. Di situlah kendala mengapa Bulog belum menyerap.

Baca Juga : Optimalisasi Lahan di Lampung, Kementan-TNI Terjun ke Lapangan Setiap Hari

"Padahal Bapak Presiden (Joko Widodo) meminta Bulog harus membeli dengan harga pasar, yaitu di atas Rp10 ribu," katanya.

Sementara, hasil identifikasi dan cek ketersediaan stok beras di penggilingan saat ini berdasarkan data Simonstok (Bapanas) dan hasil konfirmasi dari Dinas Pertanian Provinsi mencapai 1,87 juta ton. Kemudian, stok beras di penggilingan yang siap diserap Bulog sebesar 798.360 ton.

"Hasil validasi lapangan di tujuh provinsi per 18 November 2022, siap dikerjasamakan dengan harga pasar sebesar 353.620 ton beras. Sedangkan, hasil standing crop bulan September-Desember 2022 di 10 lokasi sentra produksi akan menghasilkan produksi beras sebesar 6,59 juta ton, di mana pada bulan ini diperkirakan produksi 1,18 juta ton beras dan Desember 0,99 juta ton beras," bebernya.

Baca Juga : Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Sementara, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menambahkan Indonesia sejak tiga tahun terakhir sudah tidak melakukan impor beras umum. Adapun produktivitas padi Indonesia di Asia Tenggara berada pada nomor dua setelah Vietnam.

"Setiap tahun surplus beras, harga relatif stabil, dan hasil survei stok beras oleh BPS pada April 2022 sebesar 10,15 juta ton. Itu artinya sangat aman untuk kebutuhan nasional tahun ini," jelasnya.

Kuntoro memastikan kenaikan harga beras tidak terkait dengan kondisi pasokan dan jumlah stok di lapangan mengingat pasokan saat ini dalam kondisi normal.

Baca Juga : Irjen Kementan Jebolan KPK Naik Pangkat Bintang Tiga

"Bahkan, ada sedikit pergeseran musim panen karena musim tanam bergeser maju di bulan Agustus karena kemarau basah. Tapi, kami melihat tidak ada sesuatu yang tidak normal. Kalaupun terjadi peningkatan harga beras karena setiap tahun di bulan Januari-Desember bukan masa panen raya dan tertinggi di lapangan selalu terjadi di akhir tahun" jelasnya.

Kuntoro menegaskan, cadangan beras nasional terbesar berada di rumah tangga dengan persentase mencapai 68 persen. Dari hasil survei stok beras berdasar lokasi pada akhir Juni 2022, di Bulog mencapai 11,40 persen, penggilingan mencapai 7,25 persen, pedagang 10,67 persen, dan rumah tangga mencapai 67,94 persen dengan total beras 9,71 juta ton.

"Jadi, total beras di akhir Juni tahun ini mencapai 9,71 juta ton. Sekali lagi data ini sudah dikonfirmasi di lapangan. Bahkan, untuk Oktober-Desember kita punya potensi luas panen sebanyak 1,91 juta hektare. Kondisinya ini lebih tinggi daripada tahun 2021 atau meningkat 16,45 persen atau 0,27 hektare jika dibanding tahun 2021," jelasnya.

#Kementerian Pertanian