Rabu, 29 Juni 2022 18:19

Presiden Prancis Emmanuel Macron Tolak Sebut Rusia Sebagai Negara Sponsor Terorisme

Syukur Nutu
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Emmanuel Macron yakin Vladimir Putin tak akan mulai cari gara-gara soal Ukraina. (AP/Gerard Julien)
Emmanuel Macron yakin Vladimir Putin tak akan mulai cari gara-gara soal Ukraina. (AP/Gerard Julien)

“Kami memberikan sanksi kepada Rusia dan kami tidak memerlukan definisi apa pun untuk melaksanakan sanksi ini,”

RAKYATKU.COM - Presiden Prancis, Emmanuel Macron sependapat dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky untuk menunjuk Rusia sebagai “sponsor terorisme”.

Macron menyebut Paris tidak memerlukan “definisi” apa pun untuk memberikan sanksi kepada Moskow atau mengutuk dugaan “kejahatan perangnya.”

Pada Senin (27/6/2022), Zelensky mengklaim, "Negara Rusia telah menjadi organisasi teroris terbesar di dunia. Dan ini harus menjadi fakta hukum,” tulis presiden Ukraina di Telegram.

Baca Juga : Putin Angkat Bicara Terkait Kecelakaan Pesawat yang Diduga Tewaskan Bos Wagner

Mengomentari pernyataan Zelensky selama konferensi pers pada Selasa (28/6/2022), Macron mengatakan negaranya tidak mengikuti “metodologi” seperti itu dan telah konsisten dalam pendekatannya terhadap “kejahatan perang” Rusia.

Mengacu pada dugaan pembunuhan warga sipil di kota Bucha oleh pasukan Rusia yang dibantah keras Moskow, Macron menyatakan, “Ini adalah kejahatan perang.”

Paris mengutuk para pelaku dan mendukung penyelidikan yang pada akhirnya akan membawa mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman ke "keadilan Ukraina dan internasional."

Baca Juga : Presiden Ukraina Zelensky Akan Hadiri KTT G7 di Hiroshima

Prancis tidak memerlukan definisi yudisial untuk memberikan sanksi kepada Rusia, klaim Macron.

“Kami memberikan sanksi kepada Rusia dan kami tidak memerlukan definisi apa pun untuk melaksanakan sanksi ini,” ujarnya.

ditambahkan, karena “Rusia tidak dapat dan tidak boleh menang” dalam konflik tersebut, Prancis dan sekutunya akan terus memberlakukan pembatasan di Moskow dan untuk mendukung Ukraina, baik secara ekonomi maupun militer, selama diperlukan.

Baca Juga : Rusia Indikasikan Tarik Diri Dari Perjanjian Senjata Eropa

Menurut Macron, tujuannya adalah memastikan Kiev dapat bernegosiasi dengan Rusia “dengan persyaratannya dan pada saat yang dipilihnya.”

Pada April, Macron mengatakan tidak akan menggunakan kata “genosida” untuk menggambarkan perilaku Rusia di Ukraina. Menurut Macron, "Kata 'genosida' harus dikualifikasikan oleh para ahli hukum, bukan oleh politisi."

Zelensky, sementara itu, mengklaim setiap orang di dunia harus tahu bahwa, “Membeli atau mengangkut minyak Rusia, mempertahankan kontak dengan bank-bank Rusia, membayar pajak dan bea masuk ke negara Rusia berarti memberikan uang kepada teroris.”

Baca Juga : Moskow Tak Peduli Pendapat Barat Tentang Rencana Pengerahan Nuklir Taktis di Belarusia

Sejak operasi militer khusus Rusia di Ukraina, Moskow dan Kiev telah saling menuduh menargetkan warga sipil dan melakukan kejahatan perang lainnya.

Pada Senin, Ukraina mengklaim Rusia menyerang pusat perbelanjaan di kota Kremenchug, menewaskan dan melukai banyak warga sipil.

Militer Rusia menjawab mereka telah menargetkan persediaan senjata Barat tetapi ledakan amunisi menyebabkan kerusakan pada pusat perbelanjaan terdekat, yang menurut Moskow tidak berfungsi.

Baca Juga : Korban Tewas di Atas 80 Sejak Awal Bentrokan di Sudan

Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Baca Juga : Korban Tewas di Atas 80 Sejak Awal Bentrokan di Sudan


Sumber: sindonews.com

#Rusia vs Ukraina #perang dunia #NATO #Putin #Emmanuel Macron