Minggu, 06 September 2020 17:31

Tewasnya Sopir Bajaj di Tangan Qari Al-Qur'an Gara-Gara Lagu Mahraganat

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Tewasnya Sopir Bajaj di Tangan Qari Al-Qur'an Gara-Gara Lagu Mahraganat

Sopir itu diduga menolak untuk memenuhi permintaan qari muda itu.

RAKYATKU.COM - Seorang pengemudi bajaj menemui ajal di tangan seorang qari Alquran. Insiden langka ini terjadi di Provinsi Qalyubiya, sebelah utara Kairo.

Pengendara tersebut diduga memutar musik dengan suara keras. Dia memainkan lagu-lagu mahraganat di depan rumah seorang warga.

Lagu-lagu terkenal biasanya menyertakan lirik yang membahas politik, seks, dan kehidupan sehari-hari para pemuda yang tinggal di daerah kumuh Kairo yang eksplisit dan tidak pernah mewakili musik arus utama Mesir.

Baca Juga : Kasus Suami Bunuh Suami di Bone, Pelaku Ditangkap di Kolaka Utara

Direktur Keamanan di Qalyubia, Mayor Jenderal Fakhr El Din Al Arabi menerima laporan bahwa telah terjadi pertengkaran antara pengemudi tuk-tuk dan seorang qari Alquran.

Pengemudi tuk-tuk masih remaja, 19 tahun. Sementara sang qari Al-Qur'an berusia 27 tahun. Dia sempat meminta pengemudi tuk-tuk agar menurunkan volume suara musiknya.

Sopir itu diduga menolak untuk memenuhi permintaan qari muda itu. Qari itu lalu mengambil gunting dari rumahnya dan menikam bagian dada pengemudi itu hingga tewas di tempat.

Baca Juga : Gara-gara Pohon Lontar, Petani di Pangkep Tewas Terbunuh

Jaksa penuntut memerintahkan agar qari ditahan sambil menunggu penyelidikan dan persidangan lebih lanjut. Autopsi sudah dilakukan pada tubuh korban.

Hany Shaker, kepala Sindikat Musisi Mesir, mengatakan lagu mahraganat lebih berbahaya daripada obat-obatan. Lagu jenis ini sama sekali tidak sesuai untuk Mesir dan sejarah artistiknya.

Shaker menambahkan, lagu-lagu ini adalah bencana besar yang tidak sesuai dengan Mesir dan seninya atau era indah di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi.

Baca Juga : Ditangkap Setelah Membunuh, Pelaku Mengakui Sempat Berhubungan Badan dengan Korban

"Lagu-lagu ini berbahaya bagi anak-anak dan remaja," katanya seperti dikutip dari Gulf News, Minggu (6/9/2020).

Shaker telah mengeluarkan keputusan yang melarang semua penyanyi mahraganat (folk elektronik) tampil di festival, klub, kafe, atau konser lainnya.

“Musisi Mahraganat tidak akan lagi bekerja di Mesir. Mereka tidak akan dapat memperoleh lisensi untuk tampil di mana pun," lanjutnya.

Baca Juga : Tiga Karyawan Koperasi Dianiaya di Gowa, Satu Meninggal Dunia dan Dua Kritis

"Jenis musik ini didasarkan pada lirik promiscuous dan tidak bermoral, yang sepenuhnya dilarang, dan karena itu, pintunya ditutup. Kami ingin seni yang nyata," jelas dia.

Shaker mengatakan larangan itu berlaku untuk semua penyanyi mahraganat. Termasuk duo populer 'Oka Wi Ortega', karena jenis genre ini tidak tidak mewakili Mesir.

Keputusan itu diambil setelah insiden saat konser Hari Valentine yang diadakan di Stadion Kairo, di mana Hassan Shakoush menyanyikan lirik "Saya Minum Alkohol dan Merokok Ganja", yang dianggap melanggar prinsip-prinsip masyarakat Mesir.

Baca Juga : Sempat Kabur ke Palu, Resmob Polda Sulsel Amankan Pelaku Pembunuhan di Monginsidi

Dalam siaran pers, Sindikat Musik Mesir memperingatkan semua klub malam, fasilitas wisata, perahu Nil, dan kafe bahwa keterlibatan apa pun dengan artis mahraganat akan menghasilkan tindakan hukum.

Mahraganat diketahui berasal dari daerah kumuh Kairo sekitar 2006-7, di mana DJ pernikahan mulai menggabungkan musik rakyat dan musik dansa elektronik dengan berbagai pengaruh dari reggae dan rap.

 

#pembunuhan #musik