Kamis, 26 Desember 2019 16:13

Hanya Selembar Kertas, Gerhana Matahari Cincin Bisa Dilihat?

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Sederhana, tetapi luar biasa. Selembar kertas bisa dijadikan alat untuk melihat gerhana matahari cincin (GMC) di Kabupaten Gowa.
Sederhana, tetapi luar biasa. Selembar kertas bisa dijadikan alat untuk melihat gerhana matahari cincin (GMC) di Kabupaten Gowa.

Sederhana, tetapi luar biasa. Selembar kertas bisa dijadikan alat untuk melihat gerhana matahari cincin (GMC) di Kabupaten Gowa. Anda percaya?

RAKYATKU.COM, GOWA - Sederhana, tetapi luar biasa. Selembar kertas bisa dijadikan alat untuk melihat gerhana matahari cincin (GMC) di Kabupaten Gowa. Anda percaya?

Ratusan mahasiswa ilmu Falak (Astronomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UINAM melakukan pengamatan GMC di halaman Masjid Agung Syekh Yusuf, Jalan Masjid Raya, Kamis (25/12/2019).

Selain menggunakan kacamata gerhana, para mahasiswa di sana dapat melihat langsung proses piringan bulan menutupi piringan matahari. Hanya menggunakan selembar kertas.

Caranya, kertas tersebut diarahkan ke arah matahari. Kertas itu lalu ditusuk menggunakan sebuah jarum kecil, agar bisa memunculkan lubang kecil.

Tidak perlu ditusuk dalam jumlah yang banyak. Proses terjadinya gerhana matahari cincin bisa langsung dilihat dari bayangan yang ada dibawah kertas yang telah dilubangi tadi.

Hasilnya, proses terjadinya GMC tersebut bisa dilihat langsung dari kertas tersebut. Terlihat jelas bayangan matahari dari kertas tersebut berbentuk sabit.

Dosen Ilmu Falak (Astronomi Islam) UINAM, Dr Muh Rasywan Syarif mengatakan, terjadinya fenomena alam langka dan unik itu, juga dapat direspons oleh bayangan.

"Tadi kita mempraktikkan ada lubang kecil di selembar kertas tadi. Dan ternyata, sekiranya itu akan terlihat bayangannya bulan. Saat terjadi gerhana, itu (matahari) seperti sabit (di balik bayangan kertas) tadi," katanya kepada Rakyatku.com.

Selain menggunakan selembar kertas, cara sederhana untuk menyaksikan GMC tanpa menggunakan kacamata gerhana ataupun teleskop yang canggih pun bisa dilakukan.

"Bisa juga kita menggunakan air dalam baskom," sambung Rasywan.

Menurut dia, kedua cara tersebut adalah cara tradisional dan aman. Tanpa harus menggunakan teknologi canggih untuk menyaksian keindahan alam yang langka tersebut.

GMC terjadi Kamis siang (26/12/2019). Di Gowa, dampak fenomena langka itu bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Tampak sekitar pukul 14.00 Wita, suasana di Sungguminasa, ibu Kota kabupaten Gowa itupun mulai berbeda. 

Suhu udara pun tampak lebih sejuk. Jauh berbeda dengan suhu udara pada siang hari, yang terbilang cukup panas, seperti dengan hari-hari sebelumnya.

Rasywan menjelaskan, sinar matahari yang biasanya menerangi bumi, terhalang oleh piringan bulan yang menutupi piringan matahari (Obscuration) sebesar 68,44 persen.

"Akan gelap. Piringan itu akan menutupi dari 68 hingga 70 persen," kata Dosen Ilmu Falak (Astronomi Islam) UINAM tersebut.