Rabu, 13 November 2019 04:30

Tak Bisa Mencintai Suami karena Dijodohkan, Bagamana Solusinya?

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Meski bukan zaman Siti Nurbaya lagi, perjodohan masih banyak ditemukan di zaman sekarang ini. Seorang perempuan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang.

RAKYATKU.COM - Meski bukan zaman Siti Nurbaya lagi, perjodohan masih banyak ditemukan di zaman sekarang ini. Seorang perempuan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. 

Perjodohan itu kemudian ada yang berujung kebahagiaan. Satu sama lain mencintai dan saling mengasihi. Namun, tidak sedikit pula yang menjalankan pernikahan sebagaimana mestinya, tetapi rasa cinta kepada pasangan masih belum sepenuh hati. 

Perempuan seperti ini bahkan terkadang tidak bisa mencintai suami sepenuh hati. Karena masih terbayang 'sang mantan' yang telah membina rumah tangga dengan orang lain. Bagaimanakah apabila itu terjadi?

Cinta dalam pandangan Quraish Shihab adalah kecenderungan hati terhadap sesuatu yang menyenangkan. Sehingga dianggap baik walau sesuatu itu dipandang oleh pihak lain sebagai sesuatu yang tidak baik.

Pada hakikatnya, cinta adalah pekerjaan hati yang bersifat samar. Ini merupakan pekerjaan yang rumit karena sifatnya dan keberadaannya yang hanya diketahui oleh pelakunya dan yang dicintainya.

Menyoal rasa cinta dalam hubungan rumah tangga, Nabi Muhammad saw pernah mengadu kepada Allah perihal rasa cintanya. Dalam sebuah riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah.

Dari Aisyah, ‘Sesungguhnya Nabi Muhammad saw menggilir para istrinya dengan adil, dan berkata, ‘Ya Allah, Inilah batas kemampuan yang kumiliki, maka janganlah kecam aku menyangkut apa yang Engkau miliki, tetapi tidak kumiliki’”. (HR. At-Tirmidzi)

Dari hadis di atas, dapat kita ketahui seorang nabi pun, memiliki masalah dalam soal rasa cinta. Nabi Muhammad saw mengadu kepada Allah tentang sulitnya berbuat adil dalam hal cinta kepada istri-istrinya. 

Namun demikian, bukan berarti ini menjadi pembenaran ketidakcintaan kepada suami untuk menyerah, atau bahkan menjadikan alasan bercerai.

Oleh karena Allah adalah pemilik hati, yang membolak-balikkan hati. Maka seyogyanya seorang istri terus berusaha untuk mencintai pasangan sahnya. Seraya terus berdoa kepada Sang Pemilik dan Pembolak-balik hati.

Kalaupun ini sudah dilakukan, tetapi masih tidak bisa mencintai suami sepenuh hati, maka hendaklah tetap berusaha dan berhusnudzan dengan Allah atas ketentuannya, dan bermu’asyarah dengan baik kepada pasangannya. 

Karena sejatinya kita tidaklah tahu apa yang akan terjadi di depan, maka teruslah berprasangka baik, beroda, dan berusah. Allah swt berfirman.

Artinya: “Bergaullah dengan mereka secara patut. Bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS. An-Nisa’ [4]: 19)

Sumber: Islami