Selasa, 12 Maret 2019 06:15

"Dia Bilang Domba, Ternyata Sapi," Pria Hindu Ini Minta Ganti Rugi Ongkos Pesawat ke India

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Jaswinder Paul
Jaswinder Paul

Jaswinder Paul memuntahkan semua makanannya. Itu setelah dia keliru menduga daging sapi itu sebagai domba.

RAKYATKU.COM, NEW ZEALAND - Jaswinder Paul memuntahkan semua makanannya. Itu setelah dia keliru menduga daging sapi itu sebagai domba.

Pria Hindu itu pun memprotes supermarket tempat dia membeli daging. Meminta Supermarket itu membiayai pesawatnya pulang ke India, agar dia bisa mencuci dosanya karena memakan daging sapi.

Sekadar diketahui, sapi atau lembu di India sangat disucikan. Sehingga, mereka mengharamkan makan daging tersebut.

Paul mengklaim membeli daging itu dari Countdown Blenheim, di Pulau Selatan Selandia Baru pada September.

Dia mengatakan, dia memasak isinya dan mulai memakannya sebelum menemukan hidangan itu daging sapi, bukan domba, seperti di label.  

Dalam budaya Hindu, sapi dianggap suci dan tidak disentuh. 

Dengan makan daging sapi, Paul mengatakan dia melanggar sumpah agamanya, dan harus diterbangkan kembali ke India untuk 'dimurnikan' oleh para pendeta, stuff.co.nz melaporkan. 

"Menurut agama saya, saya harus kembali ke negara saya dan melakukan hal-hal suci selama empat hingga enam minggu, dan dimurnikan oleh para imam, sehingga saya dapat melanjutkan jalan religius saya. Ini proses yang panjang," katanya.  

Paul mengatakan, dia harus menutup bisnis kecilnya untuk membayar perjalanan ke luar negeri, yang secara substansial akan mempengaruhi pendapatannya. 

Dia juga mengatakan, keluarganya tidak mau berbicara dengannya sejak dia makan daging sapi. 

Paul mendekati Countdown, yang meminta maaf atas kesalahan ini dan menawarinya voucher hadiah USD200. 

Dia menolak voucher hadiah dan meminta supermarket membayar biaya perjalanannya ke luar negeri untuk penyuciannya. 

Setelah beberapa bulan tanpa jawaban, Paul kembali ke Countdown pada Februari. 

Supermarket sekali lagi meminta maaf kepadanya, dan mengatakan voucher hadiah masih berlaku. 

Marah atas tanggapan mereka, Paul sekarang mencari kompensasi melalui pengadilan. 

"Aku tidak ingin pergi ke pengadilan melawan perusahaan besar. Saya hanya ingin pulang," katanya kepada publikasi.

"Saya mengerti ini terlihat seperti masalah sederhana, tetapi bagi saya ini sangat sulit. Saya melanggar agama saya [sumpah] karena kelalaian orang lain," tegasnya.